Saturday, July 30, 2016
Friday, July 29, 2016
Mengulas Puisi Koper Pengetahuan dan Cinta Karya Pical Gadi
Mengulas Puisi Koper Pengetahuan dan Cinta Karya Pical Gadi
Mari menikmati baris-baris bait dalam puisi. semoga mengindahkan jiwa dalam petikan makna di setiap katanya. Puisi Pical Gadi saya pilih untuk jadi pembahasan karya sastra meski pemahaman saya tentu masih minim namun saya ingin mengapresiasi puisi yang mencerminkan akan pilihan jalan, pemaknaan pada pengetahuan dan cinta serta simbol koper yang melekat pada judul puisi
Bisa dibaca disini
http://fiksiana.kompasiana.com/picalgadi/puisi-koper-pengetahuan-dan-cinta_579b2e8222afbde611dd7200
Bila waktu membagi diri menjadi besok dan kemarin
Bisa dibaca disini
http://fiksiana.kompasiana.com/picalgadi/puisi-koper-pengetahuan-dan-cinta_579b2e8222afbde611dd7200
Bila waktu membagi diri menjadi besok dan kemarin
kamu akan selalu berada di tengah
di antara pilihan yang tidak terlalu sulit.
Menengok
ke belakang untuk memindahkan jejak yang tertinggal
atau memandang ke depan
untuk menyapa jejak yang belum terjadi. .
Koper pengetahuan akan bertambah setiap
kali bertemu persimpangan.
Kian lama kian berat memang
tapi kamu
berada di antara pilihan yang tidak terlalu sulit meninggalkannya
atau
membawanya serta saya jadi teringat dengan puisi
Puisi tersirat tentang tema dari puisi ini adalah tentang “pilihan dalam kesendirian,serta perjalanan dengan sebuah pilihan yang dapat
mempengaruhi hidup kita dimasa depan, dan setiap pilihan yang kita ambil akan
membuat hidup menjadi berbeda, dan meskipun perjalanan begitu jauhnya
tetap harus di tuntaskan. Seperti refleksi puisi Robert Frost yang memilih diantara persimpangan meskipun ada perbedaan tentang perjalanan yang jarang dilewati.
The Road Not Taken
Namun akhirnya setiap insan menuju perjalanan keabadian yakni kematian,Dan untuk perjalanan spiritual ini bisa dibaca tntas dalam buku Komaruddin Hidayat dengan judul Psikologi Kematian yang sangat sufistik
dan bisa dilihat dalam baris puisi Pical dibawah ini
The Road Not Taken
By Robert Frost
Two roads diverged in a yellow wood,
And sorry I could not travel both
And be one traveler, long I stood
And looked down one as far as I could
To where it bent in the undergrowth;
Then took the other, as just as fair,
And having perhaps the better claim,
Because it was grassy and wanted wear;
Though as for that the passing there
Had worn them really about the same,
And both that morning equally lay
In leaves no step had trodden black.
Oh, I kept the first for another day!
Yet knowing how way leads on to way,
I doubted if I should ever come back.
I shall be telling this with a sigh
Somewhere ages and ages hence:
Two roads diverged in a wood, and I—
I took the one less traveled by,
And that has made all the difference.
Namun akhirnya setiap insan menuju perjalanan keabadian yakni kematian,Dan untuk perjalanan spiritual ini bisa dibaca tntas dalam buku Komaruddin Hidayat dengan judul Psikologi Kematian yang sangat sufistik
dan bisa dilihat dalam baris puisi Pical dibawah ini
Kadang kamu harus bertemu persimpangan
tanpa tanda selatan, utara, barat daya, timur laut, samping kiri, atas,
tenggara atau barat.
Tak perlu takut memilih karena setiap
pilihan yang salah
hanya akan kembali membawamu kembali. .
Kalau kamu meninggalkan sebagian
koper-koper itu
kamu akan menemukannya kembali masih pada tempatnya.
Tidak ada pencuri dalam perjalanan ini.
Bahkan jantungmu pun masih akan berdetak di
tempat yang sama jika kamu tanggalkan. .
Bila kenangan membagi diri menjadi pahit
dan manis
kamu akan selalu berada di tengah di antara pilihan yang tidak
terlalu sulit.
Mengecup kepahitan agar betah bersamamu
atau mencium yang manis agar kerasan di sampingmu. .
Koper berisi cinta akan bertambah setiap
kali kamu mengecup dan mencium.
Kian lama kian berat memang tapi kamu berada di
antara pilihan yang tidak terlalu sulit meninggalkannya atau membawanya serta.
.
Tinggalkanlah koper-koper itu tidak ada
pencuri dalam perjalanan ini. .
Tak usah khawatir.
Setiap ons debu jalanmu telah ditakar
setiap jengkal yang kamu tapaki telah dihitung oleh Sang Pencatat.
Dia seperti matahari yang selalu mengawasi
perjalananmu.
Tidak akan ada satu pun perjalanan yang
terlewatkan. .
Hanya ada satu kabar buruk.
Perjalanan ini
tidak memiliki ujung.
Sepanjang apa pun jejak-jejak yang
tertinggal di belakang
an sejauh apa pun jejak-jejak yang menantimu
di depan
jiwamu tidak akan pernah merasa terpuaskan
sampai kamu menemukan kembali
semua
pengetahuan dan cinta yang tertinggal
dan melangkah lebih jauh dari ruang dalam
kepalamu. --------
sebuah permenungan, Makassar
29 Juli 2016
Saya membaca sajak ini dan berhenti bernafas berkali-kali pada setiap titiknya. Seolah setiap kata membawa saya pada jeda makna aksara. Bahasanya begitu sederhana dan tercerna secara dialogis. Tiada metaforik namun filosofis makna beredar disetiap kata
Koper pengetahuan dan cinta seperti kisah tentang perjalanan seorang insan untuk menemukan setiap jalan dan pilihan di persimpangan. Lalu semua jalan yang dipilih tiada yang salah. Hanya menjadi bekal untuk dibawa pulang oleh diri sendiri.
Pencarian terhadap ilmu akan jadi oase berkepanjangan karena semua pengetahuan adalah bermakna dan bermanfaat untuk kehidupan dan jiwa tak pernah terpuaskan dalam meraih cita
lalu Pical juga menegaskan sekali lagi tentang makna kebebasan untuk terus berjalan dan tidak meragu melangkah. hal itu terungkap dalam larik-larik puisi
Tinggalkanlah koper-koper itu tidak ada
pencuri dalam perjalanan ini. .
Tak usah khawatir.
Setiap ons debu jalanmu telah ditakar
setiap jengkal yang kamu tapaki telah dihitung oleh Sang Pencatat.
Dia seperti matahari yang selalu mengawasi
perjalananmu.
Tidak akan ada satu pun perjalanan yang
terlewatkan. .
Kemudian Pical mengakhiri puisinya dengan ketegasan yang lembut bahwa setiap jejak masa lali akan memiliki maknanya sendiri begitu juga masa depan yang masih panjang dihadapan dan tiada yang tahu apa yang akan ada di depan .
Hal itu terlihat dalam bait terakhir puisinya
Hanya ada satu kabar buruk.
Perjalanan ini
tidak memiliki ujung.
Sepanjang apa pun jejak-jejak yang
tertinggal di belakang
an sejauh apa pun jejak-jejak yang menantimu
di depan
jiwamu tidak akan pernah merasa terpuaskan
sampai kamu menemukan kembali
semua
pengetahuan dan cinta yang tertinggal
dan melangkah lebih jauh dari ruang dalam
kepalamu
Namun dalam bait puisi tersebut tersirat kebebasan dan keberanian melewati semua jalan dan koper semakin penuh untuk diangkat atau koper tersebut harus dikurangi isinya jika sudah menjadi beban berat untuk dibawa melangkah. Namun semuanya akan menjadi perjalanan yang menyenangkan jika ikhlas menjalaninya atau melelahkan jika tiada tujuan Namun semua perjalanan selalu memiliki misteri seperti pilihan itu tersendiri dan terkadang tidak sesuai dengan yang kita bayangkan. Selamat atas Puisinya mas Pical Hadi Ya :)
selamat membawa koper pengetahuan dan cinta. salam inspirasi perempuan pecinta Puisi
bisa dibaca di edpulungan.blogspot.com
bisa dibaca di edpulungan.blogspot.com
Terbaru
Headline
Rubrik
Event
HIGHLIGHT HEADLINE PUISI
[Puisi] Koper Pengetahuan dan Cinta
29 Jul 2016 | 17:24 Dibaca : 54 Komentar : 5 Rating :7
Gambar dari: petapixel.com
Bila waktu membagi diri menjadi besok dan kemarin
kamu akan selalu berada di tengah
di antara pilihan yang tidak terlalu sulit.
Menengok ke belakang untuk memindahkan jejak yang tertinggal
atau memandang ke depan untuk menyapa jejak yang belum terjadi.
.
Koper pengetahuan akan bertambah setiap kali bertemu persimpangan.
Kian lama kian berat memang
tapi kamu berada di antara pilihan yang tidak terlalu sulit
meninggalkannya atau membawanya serta.
.
Kadang kamu harus bertemu persimpangan tanpa tanda
selatan, utara, barat daya, timur laut, samping kiri, atas, tenggara
atau barat.
Tak perlu takut memilih
karena setiap pilihan yang salah hanya akan kembali membawamu kembali.
.
Kalau kamu meninggalkan sebagian koper-koper itu
kamu akan menemukannya kembali masih pada tempatnya.
Tidak ada pencuri dalam perjalanan ini.
Bahkan jantungmu pun masih akan berdetak di tempat yang sama jika kamu
tanggalkan.
.
Bila kenangan membagi diri menjadi pahit dan manis
kamu akan selalu berada di tengah
di antara pilihan yang tidak terlalu sulit.
Mengecup kepahitan agar betah bersamamu atau mencium yang manis agar
kerasan di sampingmu.
.
Koper berisi cinta akan bertambah setiap kali kamu mengecup dan mencium.
Kian lama kian berat memang
tapi kamu berada di antara pilihan yang tidak terlalu sulit
meninggalkannya atau membawanya serta.
.
Tinggalkanlah koper-koper itu
tidak ada pencuri dalam perjalanan ini.
.
Tak usah khawatir.
Setiap ons debu jalanmu telah ditakar
setiap jengkal yang kamu tapaki telah dihitung oleh Sang Pencatat.
Dia seperti matahari yang selalu mengawasi perjalananmu.
Tidak akan ada satu pun perjalanan yang terlewatkan.
.
Hanya ada satu kabar buruk.
Perjalanan ini tidak memiliki ujung.
Sepanjang apa pun jejak-jejak yang tertinggal di belakang
dan sejauh apa pun jejak-jejak yang menantimu di depan
jiwamu tidak akan pernah merasa terpuaskan
sampai kamu menemukan kembali semua pengetahuan dan cinta yang
tertinggal
dan melangkah lebih jauh dari ruang dalam kepalamu.
--------
sebuah permenungan, Makassar 29 Juli 2016
Pical Gadi
/picalgadi
TERVERIFIKASI
Kepala Bidang Pemberdayaan Credit Union Mekar Kasih Makassar|
Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com |
planet-fiksi.blogspot.com
Selengkapnya...
Berhenti Mengikuti Mulai Obrolan
loading...
0
0
KOMPASIANA ADALAH MEDIA WARGA, SETIAP KONTEN DIBUAT OLEH DAN MENJADI
TANGGUNGJAWAB PENULIS.
LABEL picalgadi koper cinta pengetahuan fiksiana fiksi puisi
LAPORKAN TANGGAPI
Siapa Yang Menilai Tulisan Ini ? 7
Beri Nilai
Ricky Vinando
Inspiratif
Tutut Setyorinie
Menarik
Weedy Koshino
Menarik
TJIPTADINATA EFFENDI
Inspiratif
Syantrie Aliefya
Inspiratif
Bambang Setyawan
Inspiratif
Lilik Fatimah Azzahra
Inspiratif
Edrida Pulungan 29 Jul 2016 | 18:54
wah saya jadi merenung, selamat ya mas puisinya
Balas Hapus
Tutut Setyorinie 29 Jul 2016 | 18:49
puisi yang menarik:)
Balas
Weedy Koshino 29 Jul 2016 | 18:37
Baru mo nurunin koper mas pical mo mudik :))
Balas
TJIPTADINATA EFFENDI 29 Jul 2016 | 18:36
Selamat HL mas Pical... tulisan inspiratif, salam hangat
Balas
Bambang Setyawan 29 Jul 2016 | 18:18
Ya bang, koper punya sy sdh mulai kosong nih
Balas
Nilai Tertinggi
[Puisi] Koper Pengetahuan dan Cinta
Pical Gadi
1 jam lalu
Tentang Diskusi dengan Semen 50 Kg
Mikha Marthen Kamma
7 jam lalu
Menghentikan Waktu
Latifah Maurinta
3 jam lalu
Vonis Kematian Sang Pembunuh Bayaran
Tutut Setyorinie
7 jam lalu
Kematian yang Menakutkan
Lina lie
4 jam lalu
Terpopuler
Semesta yang Berputar
Syantrie Aliefya
9 jam lalu
Vonis Kematian Sang Pembunuh Bayaran
Tutut Setyorinie
7 jam lalu
Mengapa Sabdo Pandito Ratu Bisa Roto Sak Nagari
MJK Riau
9 jam lalu
“Tante, Busway Lewat Tuh"
Tri Lovianti
5 jam lalu
Saya Bukan Artis, Kamu Ngefansnya Sama Artis Saja
Tri Lovianti
4 jam lalu
dongeng
+ index
Ular Naga Panjangnya Bukan Kepalang
MJK Riau
8 jam lalu
Mengapa Sabdo Pandito Ratu Bisa Roto Sak Nagari
MJK Riau
9 jam lalu
Nikmat Dzikir
Hadi Civil
1 hari lalu
cerpen
+ index
Menghentikan Waktu
Latifah Maurinta
3 jam lalu
Eksekusi
SAYID JUMIANTO, S.PD
3 jam lalu
Garis Tuhan
Ika Septi
3 jam lalu
puisi
+ index
Segumpal Hati Tertinggal
Subhan Riyadi
34 menit lalu
[Puisi] Koper Pengetahuan dan Cinta
Pical Gadi
1 jam lalu
Perusak Generasi, Wajib Dieksekusi
Syantrie Aliefya
2 jam lalu
drama
+ index
[Bulan Kemanusiaan RTC] Wajah Ceria Tegar Prahara Eps.1
Tamita Wibisono
2 hari lalu
[BulanKemanusiaan RTC] Melihat Si Sisypus dari Berbagai Sisi
Wild flower
2 hari lalu
Prometheus (Secungkil Kisah Tak Terungkap)
Wild flower
4 hari lalu
novel
+ index
Wanita yang Sangat Mengagumkan #16
Roland Torindatu
3 jam lalu
Embun Daun
Sofian Pian
4 jam lalu
Pathok Bandara, Sebuah Novel (46)
SAYID JUMIANTO, S.PD
21 jam lalu
Tentang Kompasiana Syarat & Ketentuan
Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/picalgadi/puisi-koper-pengetahuan-dan-cinta_579b2e8222afbde611dd7200
Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/picalgadi/puisi-koper-pengetahuan-dan-cinta_579b2e8222afbde611dd7200
Terbaru
Headline
Rubrik
Event
HIGHLIGHT HEADLINE PUISI
[Puisi] Koper Pengetahuan dan Cinta
29 Jul 2016 | 17:24 Dibaca : 54 Komentar : 5 Rating :7
Gambar dari: petapixel.com
Bila waktu membagi diri menjadi besok dan kemarin
kamu akan selalu berada di tengah
di antara pilihan yang tidak terlalu sulit.
Menengok ke belakang untuk memindahkan jejak yang tertinggal
atau memandang ke depan untuk menyapa jejak yang belum terjadi.
.
Koper pengetahuan akan bertambah setiap kali bertemu persimpangan.
Kian lama kian berat memang
tapi kamu berada di antara pilihan yang tidak terlalu sulit
meninggalkannya atau membawanya serta.
.
Kadang kamu harus bertemu persimpangan tanpa tanda
selatan, utara, barat daya, timur laut, samping kiri, atas, tenggara
atau barat.
Tak perlu takut memilih
karena setiap pilihan yang salah hanya akan kembali membawamu kembali.
.
Kalau kamu meninggalkan sebagian koper-koper itu
kamu akan menemukannya kembali masih pada tempatnya.
Tidak ada pencuri dalam perjalanan ini.
Bahkan jantungmu pun masih akan berdetak di tempat yang sama jika kamu
tanggalkan.
.
Bila kenangan membagi diri menjadi pahit dan manis
kamu akan selalu berada di tengah
di antara pilihan yang tidak terlalu sulit.
Mengecup kepahitan agar betah bersamamu atau mencium yang manis agar
kerasan di sampingmu.
.
Koper berisi cinta akan bertambah setiap kali kamu mengecup dan mencium.
Kian lama kian berat memang
tapi kamu berada di antara pilihan yang tidak terlalu sulit
meninggalkannya atau membawanya serta.
.
Tinggalkanlah koper-koper itu
tidak ada pencuri dalam perjalanan ini.
.
Tak usah khawatir.
Setiap ons debu jalanmu telah ditakar
setiap jengkal yang kamu tapaki telah dihitung oleh Sang Pencatat.
Dia seperti matahari yang selalu mengawasi perjalananmu.
Tidak akan ada satu pun perjalanan yang terlewatkan.
.
Hanya ada satu kabar buruk.
Perjalanan ini tidak memiliki ujung.
Sepanjang apa pun jejak-jejak yang tertinggal di belakang
dan sejauh apa pun jejak-jejak yang menantimu di depan
jiwamu tidak akan pernah merasa terpuaskan
sampai kamu menemukan kembali semua pengetahuan dan cinta yang
tertinggal
dan melangkah lebih jauh dari ruang dalam kepalamu.
--------
sebuah permenungan, Makassar 29 Juli 2016
Pical Gadi
/picalgadi
TERVERIFIKASI
Kepala Bidang Pemberdayaan Credit Union Mekar Kasih Makassar|
Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com |
planet-fiksi.blogspot.com
Selengkapnya...
Berhenti Mengikuti Mulai Obrolan
loading...
0
0
KOMPASIANA ADALAH MEDIA WARGA, SETIAP KONTEN DIBUAT OLEH DAN MENJADI
TANGGUNGJAWAB PENULIS.
LABEL picalgadi koper cinta pengetahuan fiksiana fiksi puisi
LAPORKAN TANGGAPI
Siapa Yang Menilai Tulisan Ini ? 7
Beri Nilai
Ricky Vinando
Inspiratif
Tutut Setyorinie
Menarik
Weedy Koshino
Menarik
TJIPTADINATA EFFENDI
Inspiratif
Syantrie Aliefya
Inspiratif
Bambang Setyawan
Inspiratif
Lilik Fatimah Azzahra
Inspiratif
Edrida Pulungan 29 Jul 2016 | 18:54
wah saya jadi merenung, selamat ya mas puisinya
Balas Hapus
Tutut Setyorinie 29 Jul 2016 | 18:49
puisi yang menarik:)
Balas
Weedy Koshino 29 Jul 2016 | 18:37
Baru mo nurunin koper mas pical mo mudik :))
Balas
TJIPTADINATA EFFENDI 29 Jul 2016 | 18:36
Selamat HL mas Pical... tulisan inspiratif, salam hangat
Balas
Bambang Setyawan 29 Jul 2016 | 18:18
Ya bang, koper punya sy sdh mulai kosong nih
Balas
Nilai Tertinggi
[Puisi] Koper Pengetahuan dan Cinta
Pical Gadi
1 jam lalu
Tentang Diskusi dengan Semen 50 Kg
Mikha Marthen Kamma
7 jam lalu
Menghentikan Waktu
Latifah Maurinta
3 jam lalu
Vonis Kematian Sang Pembunuh Bayaran
Tutut Setyorinie
7 jam lalu
Kematian yang Menakutkan
Lina lie
4 jam lalu
Terpopuler
Semesta yang Berputar
Syantrie Aliefya
9 jam lalu
Vonis Kematian Sang Pembunuh Bayaran
Tutut Setyorinie
7 jam lalu
Mengapa Sabdo Pandito Ratu Bisa Roto Sak Nagari
MJK Riau
9 jam lalu
“Tante, Busway Lewat Tuh"
Tri Lovianti
5 jam lalu
Saya Bukan Artis, Kamu Ngefansnya Sama Artis Saja
Tri Lovianti
4 jam lalu
dongeng
+ index
Ular Naga Panjangnya Bukan Kepalang
MJK Riau
8 jam lalu
Mengapa Sabdo Pandito Ratu Bisa Roto Sak Nagari
MJK Riau
9 jam lalu
Nikmat Dzikir
Hadi Civil
1 hari lalu
cerpen
+ index
Menghentikan Waktu
Latifah Maurinta
3 jam lalu
Eksekusi
SAYID JUMIANTO, S.PD
3 jam lalu
Garis Tuhan
Ika Septi
3 jam lalu
puisi
+ index
Segumpal Hati Tertinggal
Subhan Riyadi
34 menit lalu
[Puisi] Koper Pengetahuan dan Cinta
Pical Gadi
1 jam lalu
Perusak Generasi, Wajib Dieksekusi
Syantrie Aliefya
2 jam lalu
drama
+ index
[Bulan Kemanusiaan RTC] Wajah Ceria Tegar Prahara Eps.1
Tamita Wibisono
2 hari lalu
[BulanKemanusiaan RTC] Melihat Si Sisypus dari Berbagai Sisi
Wild flower
2 hari lalu
Prometheus (Secungkil Kisah Tak Terungkap)
Wild flower
4 hari lalu
novel
+ index
Wanita yang Sangat Mengagumkan #16
Roland Torindatu
3 jam lalu
Embun Daun
Sofian Pian
4 jam lalu
Pathok Bandara, Sebuah Novel (46)
SAYID JUMIANTO, S.PD
21 jam lalu
Tentang Kompasiana Syarat & Ketentuan
Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/picalgadi/puisi-koper-pengetahuan-dan-cinta_579b2e8222afbde611dd7200
Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/picalgadi/puisi-koper-pengetahuan-dan-cinta_579b2e8222afbde611dd7200
Bila waktu membagi diri menjadi besok dan kemarin
kamu akan selalu berada di tengah
di antara pilihan yang tidak terlalu sulit.
Menengok ke belakang untuk memindahkan jejak yang tertinggal
atau memandang ke depan untuk menyapa jejak yang belum terjadi.
.
Koper pengetahuan akan bertambah setiap kali bertemu persimpangan.
Kian lama kian berat memang
tapi kamu berada di antara pilihan yang tidak terlalu sulit
meninggalkannya atau membawanya serta.
.
Kadang kamu harus bertemu persimpangan tanpa tanda
selatan, utara, barat daya, timur laut, samping kiri, atas, tenggara atau barat.
Tak perlu takut memilih
karena setiap pilihan yang salah hanya akan kembali membawamu kembali.
.
Kalau kamu meninggalkan sebagian koper-koper itu
kamu akan menemukannya kembali masih pada tempatnya.
Tidak ada pencuri dalam perjalanan ini.
Bahkan jantungmu pun masih akan berdetak di tempat yang sama jika kamu tanggalkan.
.
Bila kenangan membagi diri menjadi pahit dan manis
kamu akan selalu berada di tengah
di antara pilihan yang tidak terlalu sulit.
Mengecup kepahitan agar betah bersamamu atau mencium yang manis agar kerasan di sampingmu.
.
Koper berisi cinta akan bertambah setiap kali kamu mengecup dan mencium.
Kian lama kian berat memang
tapi kamu berada di antara pilihan yang tidak terlalu sulit
meninggalkannya atau membawanya serta.
.
Tinggalkanlah koper-koper itu
tidak ada pencuri dalam perjalanan ini.
.
Tak usah khawatir.
Setiap ons debu jalanmu telah ditakar
setiap jengkal yang kamu tapaki telah dihitung oleh Sang Pencatat.
Dia seperti matahari yang selalu mengawasi perjalananmu.
Tidak akan ada satu pun perjalanan yang terlewatkan.
.
Hanya ada satu kabar buruk.
Perjalanan ini tidak memiliki ujung.
Sepanjang apa pun jejak-jejak yang tertinggal di belakang
dan sejauh apa pun jejak-jejak yang menantimu di depan
jiwamu tidak akan pernah merasa terpuaskan
sampai kamu menemukan kembali semua pengetahuan dan cinta yang tertinggal
dan melangkah lebih jauh dari ruang dalam kepalamu.
--------
sebuah permenungan, Makassar 29 Juli 2016
Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/picalgadi/puisi-koper-pengetahuan-dan-cinta_579b2e8222afbde611dd7200
Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/picalgadi/puisi-koper-pengetahuan-dan-cinta_579b2e8222afbde611dd7200
Bila waktu membagi diri menjadi besok dan kemarin
kamu akan selalu berada di tengah
di antara pilihan yang tidak terlalu sulit.
Menengok ke belakang untuk memindahkan jejak yang tertinggal
atau memandang ke depan untuk menyapa jejak yang belum terjadi.
.
Koper pengetahuan akan bertambah setiap kali bertemu persimpangan.
Kian lama kian berat memang
tapi kamu berada di antara pilihan yang tidak terlalu sulit
meninggalkannya atau membawanya serta.
.
Kadang kamu harus bertemu persimpangan tanpa tanda
selatan, utara, barat daya, timur laut, samping kiri, atas, tenggara atau barat.
Tak perlu takut memilih
karena setiap pilihan yang salah hanya akan kembali membawamu kembali.
.
Kalau kamu meninggalkan sebagian koper-koper itu
kamu akan menemukannya kembali masih pada tempatnya.
Tidak ada pencuri dalam perjalanan ini.
Bahkan jantungmu pun masih akan berdetak di tempat yang sama jika kamu tanggalkan.
.
Bila kenangan membagi diri menjadi pahit dan manis
kamu akan selalu berada di tengah
di antara pilihan yang tidak terlalu sulit.
Mengecup kepahitan agar betah bersamamu atau mencium yang manis agar kerasan di sampingmu.
.
Koper berisi cinta akan bertambah setiap kali kamu mengecup dan mencium.
Kian lama kian berat memang
tapi kamu berada di antara pilihan yang tidak terlalu sulit
meninggalkannya atau membawanya serta.
.
Tinggalkanlah koper-koper itu
tidak ada pencuri dalam perjalanan ini.
.
Tak usah khawatir.
Setiap ons debu jalanmu telah ditakar
setiap jengkal yang kamu tapaki telah dihitung oleh Sang Pencatat.
Dia seperti matahari yang selalu mengawasi perjalananmu.
Tidak akan ada satu pun perjalanan yang terlewatkan.
.
Hanya ada satu kabar buruk.
Perjalanan ini tidak memiliki ujung.
Sepanjang apa pun jejak-jejak yang tertinggal di belakang
dan sejauh apa pun jejak-jejak yang menantimu di depan
jiwamu tidak akan pernah merasa terpuaskan
sampai kamu menemukan kembali semua pengetahuan dan cinta yang tertinggal
dan melangkah lebih jauh dari ruang dalam kepalamu.
--------
sebuah permenungan, Makassar 29 Juli 2016
Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/picalgadi/puisi-koper-pengetahuan-dan-cinta_579b2e8222afbde611dd7200
Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/picalgadi/puisi-koper-pengetahuan-dan-cinta_579b2e8222afbde611dd7200
Bila waktu membagi diri menjadi besok dan kemarin
kamu akan selalu berada di tengah
di antara pilihan yang tidak terlalu sulit.
Menengok ke belakang untuk memindahkan jejak yang tertinggal
atau memandang ke depan untuk menyapa jejak yang belum terjadi.
.
Koper pengetahuan akan bertambah setiap kali bertemu persimpangan.
Kian lama kian berat memang
tapi kamu berada di antara pilihan yang tidak terlalu sulit
meninggalkannya atau membawanya serta.
.
Kadang kamu harus bertemu persimpangan tanpa tanda
selatan, utara, barat daya, timur laut, samping kiri, atas, tenggara atau barat.
Tak perlu takut memilih
karena setiap pilihan yang salah hanya akan kembali membawamu kembali.
.
Kalau kamu meninggalkan sebagian koper-koper itu
kamu akan menemukannya kembali masih pada tempatnya.
Tidak ada pencuri dalam perjalanan ini.
Bahkan jantungmu pun masih akan berdetak di tempat yang sama jika kamu tanggalkan.
.
Bila kenangan membagi diri menjadi pahit dan manis
kamu akan selalu berada di tengah
di antara pilihan yang tidak terlalu sulit.
Mengecup kepahitan agar betah bersamamu atau mencium yang manis agar kerasan di sampingmu.
.
Koper berisi cinta akan bertambah setiap kali kamu mengecup dan mencium.
Kian lama kian berat memang
tapi kamu berada di antara pilihan yang tidak terlalu sulit
meninggalkannya atau membawanya serta.
.
Tinggalkanlah koper-koper itu
tidak ada pencuri dalam perjalanan ini.
.
Tak usah khawatir.
Setiap ons debu jalanmu telah ditakar
setiap jengkal yang kamu tapaki telah dihitung oleh Sang Pencatat.
Dia seperti matahari yang selalu mengawasi perjalananmu.
Tidak akan ada satu pun perjalanan yang terlewatkan.
.
Hanya ada satu kabar buruk.
Perjalanan ini tidak memiliki ujung.
Sepanjang apa pun jejak-jejak yang tertinggal di belakang
dan sejauh apa pun jejak-jejak yang menantimu di depan
jiwamu tidak akan pernah merasa terpuaskan
sampai kamu menemukan kembali semua pengetahuan dan cinta yang tertinggal
dan melangkah lebih jauh dari ruang dalam kepalamu.
--------
sebuah permenungan, Makassar 29 Juli 2016
Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/picalgadi/puisi-koper-pengetahuan-dan-cinta_579b2e8222afbde611dd7200
Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/picalgadi/puisi-koper-pengetahuan-dan-cinta_579b2e8222afbde611dd7200
Wednesday, July 27, 2016
Akulah Jalan Panjangmu
Gambar Ilustrasi Puisi : Akulah Jalan Panjangmu, jalan lintas menuju Kaki Bukit Gunung Lubuk Raya doc. edrida
Aku adalah jalan-jalan panjang
yang hening dalam aksaramu
Hanya melangkahlah padaku Labgkah kecil namun pasti
Dan lurus lurus saja
Tak berbelok
Tak menukik
Tak terjal Namun sudikah engkau setia melaluinya
Engkau tahu
Di jalan panjang ini Akan ada ribuan rindu
yang turun bagai gerimis menemanimu
Namun meneduhkan asamu yang kering
tak seiring dalam sendiri jiwamu menghening
diam tegak seperti pohon disisi kiri jalan yang bershaf
dan ranting ranting kering berjatuhan
memberi tanda tiada abadi dalam kehidupan
Masihkah jalan ini tiada ujung katamu dalam lelah,
aku memelukmu
Kala engkau sampai di jalan itu
Dan akhirnya kita bertemu Kehadapanmu jua jiwa terpasung
Dan kehadapanNya jalan ini kita pilih
Senayan, 27 juli 2016
Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/edridapulungan/akulah-jalan-panjangmu_57988971579773522f53587a
Tuesday, July 26, 2016
In Memoriam Chairil Anwar 26 Juli 1922-26 Juli 1922 Prasasti Sang Pujangga dari Sumatera Utara Hingga Leiden
Hari
ini tepat tanggal 26 juli 2016, hari dilahirkan sang pujangga kebanggaan
Indonesia yajni Chairil Anwar yang terkenal dengan sebutan “ Si Binatang
Jalang” di Medan yakni tanggal 26 Juli 1922 dari Ayahnya yang bernama Toeloes,
yang pada masa itu bekerja sebagai Bupati Kabupaten Indragiri Riau, berasal
dari Taeh Baruah, Limapuluh Kota, Sumatra Barat. Sedangkan ibunya Saleha,
berasal dari Situjuh, Limapuluh Kota. Menurut biografi dan beberapa sumber Chairil
Anwar masih memeiliki pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, yakni Perdana
Menteri pertama Indonesia .
Chairil masuk sekolah Hollandsch-Inlandsche
School (HIS), sekolah
dasar untuk orang-orang pribumi waktu masa penjajahan Belanda. Dia kemudian
meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah
menengah pertama Hindia Belanda, tetapi dia keluar sebelum lulus. Chairil muda
harus merasakan sakitnya perceraian orangtuanya ketika ayahnya menikah lagi
hingga dia harus ikut ibunya sehabis SMA ke Jakarta .Chairil
mulai untuk menulis puisi sejak remaja tetapi tak satupun puisi awalnya
yang ditemukan.
Chairil berkenalan dengan dunia sastra. Meskipun pendidikannya
tak selesai, Chairil seorang polyglot sejati yang bisa menguasai ragam bahasa
asing yakni bahasa Inggris, bahasa Belanda dan bahasa Jerman, dan dia mengisi
jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama dimasa
itu, seperti: Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J.
Slaurhoff dan Edgar du Perron. Penulis-penulis ini sangat mempengaruhi
tulisannya dan secara tidak langsung mempengaruhi puisi tatanan kesusasteraan Indonesia .
Semasa kecil di Medan, Chairil sangat dekat dengan neneknya. Keakraban
ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil. Dalam hidupnya yang amat jarang
berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia.
Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedih:
“Bukan kematian benar yang menusuk kalbu
Keridlaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertahta”
Kumpulan puisi Chairl Anwar antara lain: Kerikil Tajam
dan yang Terampas dan yang Putus (1949); Deru Campur Debu (1949); Tiga Menguak
Takdir (1950 bersama Asrul Sani dan Rivai Apin); Aku Ini Binatang Jalang
(1986); Koleksi sajak 1942-1949″, diedit oleh Pamusuk Eneste, kata penutup oleh Sapardi Djoko Damono
(1986); Derai-derai Cemara (1998). Buku
kumpulan puisinya diterbitkan Gramedia berjudul Aku ini Binatang Jalang (1986).
Karya-karya terjemahannya adalah: Pulanglah Dia Si Anak
Hilang (1948, Andre Gide); Kena Gempur (1951, John Steinbeck).Sementara
karya-karyanya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman dan Spanyol
adalah: “Sharp gravel, Indonesian poems”, oleh Donna M. Dickinson (Berkeley,
California, 1960); “Cuatro poemas indonesios, Amir Hamzah, Chairil Anwar,
Walujati” (Madrid: Palma de Mallorca, 1962); Chairil Anwar: Selected Poems oleh
Burton Raffel dan Nurdin Salam (New York, New Directions, 1963); “Only Dust:
Three Modern Indonesian Poets”, oleh Ulli Beier (Port Moresby [New Guinea]:
Papua Pocket Poets, 1969);
The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan
oleh Burton Raffel (Albany, State University of New York Press, 1970); The
Complete Poems of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Liaw Yock
Fang, dengan bantuan HB Jassin (Singapore: University Education Press, 1974);
Feuer und Asche: sämtliche Gedichte, Indonesisch/Deutsch oleh Walter Karwath
(Wina: Octopus Verlag, 1978); The Voice of the Night: Complete Poetry and Prose
of Chairil Anwar, oleh Burton Raffel (Athens, Ohio: Ohio University, Center for
International Studies, 1993). Semua tulisannya yang asli, modifikasi, atau yang
diduga diciplak dikompilasi dalam tiga buku : Deru Campur Debu (1949); Kerikil
Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949); dan Tiga Menguak Takdir (1950,
kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).
Chairil memang penyair besar yang menginspirasi dan mengapresiasi upaya
manusia meraih kemerdekaan, termasuk perjuangan bangsa Indonesia untuk
melepaskan diri dari penjajahan. Hal ini, antara lain tercermin dari sajaknya
bertajuk: “Krawang-Bekasi”, yang disadurnya dari sajak “The Young Dead Soldiers”, karya
Archibald MacLeish (1948). Dia juga menulis sajak “Persetujuan dengan Bung
Karno”, yang merefleksikan dukungannya pada Bung Karno untuk terus
mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945.
Gambar 2 Kampus Leiden dengan Dinding Puisi " Aku " Karya Chairil Anwar id.wikipedia.org/wiki/Chairil_Anwar
Bahkan sajaknya yang berjudul “Aku” dan “Diponegoro” juga
banyak diapresiasi orang sebagai sajak perjuangan. Kata Aku binatang jalang
dalam sajak Aku, diapresiasi sebagai dorongan kata hati rakyat Indonesia untuk
bebas merdeka. Dan ”Aku ” bukan hanya abadi sebagai puisi yang dibacakan pada
kelas-kelas pelajaran Bahasa Indonesia atau acara sastra di Indonesia namun
juga di Negara Belanda karena karyanya berjudul ”Aku” terprasastikan di dinding
Kampus Leiden Belanda. Sungguh karya tersebut membanggakan Indonesia dan juga
pengakuan negeri lain terhadap karya kesusatraan kita.
Sepenggal Kisah Cinta Sang Penyair
Kisah sang
penyair Chairil Anwar ini bermula di Pantai Cilincing, daerah Jakarta Utara.
Suatu hari yang cerah di tengah musim penghujan tahun 1943, Chairil yang asik
membaca buku tak menyadari ada seorang perempuan memperhatikannya. Perempuan
bernama Sumirat ini terpaku memandang Chairil yang tampak asik dengan buku di
tangan dan abai dengan keramaian sekitar.
Sumirat, murid dari pelukis Affandi
ini hanya mampu memandang hingga di kemudian hari dirinya mampu berkenalan
dengan Chairil Anwar. Chairil kala itu hanyalah penyair kere dengan penghasilan
tak menentu. Namun rasa cinta Mirat mengabaikan segala kemiskinan dan cibiran
orang yang mengatakan masa depan Chairil suram. Mereka menjadi sepasang kekasih selang berapa lama
kemudian, seperti tinta dan canvas, seperti kata dan kertas.
Kehidupan mereka
tampak indah dan serasi dengan lukisan Mirat yang menemani Chairil, pun puisi
Chairil bersama lukisan Mirat. Namun bukanlah hidup jika tidak memberi masalah.
Mirat diminta pulang kampung ke Madiun oleh orang tuanya. Chairil berjanji
untuk menyusul dan segera melamar Mirat.
Namun jurang si kaya dan si miskin
menjadi halangan bagi Chairil untuk bisa bersama dengan Mirat. Hanya lembaran
puisi yang mampu ia bawa untuk menemui orang tua sang kekasih. Lamaran itu pun
berakhir dengan jawaban, "carilah dulu pekerjaan yang tetap baru nanti
kita bicarakan lagi", oleh orang tua Mirat. Dalam salah satu sajaknya
berjudul Sajak Putih-buat tunanganku Mirat, Chairil menuliskan:
Buat Miratku, Ratuku! Kubentuk dunia sendiri,
dan kuberi jiwa segala yang dikira orang mati di alam ini!
kucuplah aku terus, kucuplah
dan semburkanlah tenaga dan hidup dalam tubuhku
dan kuberi jiwa segala yang dikira orang mati di alam ini!
kucuplah aku terus, kucuplah
dan semburkanlah tenaga dan hidup dalam tubuhku
Selang berapa lama setelah Chairil
pergi kembali ke Jakarta dengan membawa sakit hati karena penolakan orang tua
Mirat, pendudukan Jepang berkobar dan kekacauan meluas. Mereka tak mampu lagi
saling berkomunikasi hingga kabar pernikahan Chairil mendatangi Mirat pada
tahun1946. Chairil masih sempat menuliskan puisi untuk Mirat berjudul Mirat Muda, Chairil Muda, bait terakhir
puisi tersebut berisi :
Dianya pada Chairil makin sehati,
Hilang secepuh segan, hilang secepuh cemas
Hiduplah Mirat dan chairil dengan deras
Menuntut tinggi tidak setapak berjarak dengan mati
Hilang secepuh segan, hilang secepuh cemas
Hiduplah Mirat dan chairil dengan deras
Menuntut tinggi tidak setapak berjarak dengan mati
Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia
sastera setelah pemuatan tulisannya di “Majalah Nisan” pada tahun 1942, pada
saat itu dia baru berusia dua puluh tahun. Hampir semua puisi-puisi yang dia
tulis merujuk pada kematian. Chairil ketika menjadi penyiar radio Jepang di
Jakarta jatuh cinta pada Sri Ayati tetapi hingga akhir hayatnya Chairil
tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Puisi-puisinya beredar di
atas kertas murah selama masa pendudukan Jepang di Indonesia dan tidak
diterbitkan hingga tahun 1945.
Chairil memang
pemuja buku dan sastra. Tercatat
nama perempuan yang dikaguminya seperti Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat,
dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis
itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun akhirnya cintanya jatuh
kepada gadis Karawang bernama Hapsah Wiraredja pada tanggal 6 Agustus 1946 dan Pernikahan
itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan gaya hidup Chairil
yang tak berubah, Hapsah meminta cera pada akhir tahun 1948. Saat anaknya
berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi duda.
Anak hasil pernikahan Chairil Anwar bernama Evawani Alissa Chairil
Anwar.
Akhir Hidup Chairil Anwar
Chairil tidak menghiraukan kesehatan dan kondisi fisiknya yang semakin bertambah lemah akibat gaya hidupnya yang semrawut. Sebelum dia bisa menginjak
usia dua puluh tujuh tahun, dia sudah kena sejumlah penyakit. Chairil Anwar
meninggal dalam usia muda karena penyakit TBC Dia dikuburkan di Taman Pemakaman
Umum Karet Bivak, Jakarta. Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari
zaman ke zaman. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil
Anwar. Namun Chairil anwar tercatat
sebagai pelopor Angkatan ’45 yang menciptakan trend baru pemakaian kata dalam
berpuisi yang terkesan sangat lugas, solid dan kuat. Dia bersama Asrul Sani dan
Rivai Apin memelopori puisi modern Indonesia
Kirimkan puisi yang abadi
Tuliskan bait terakhir kesayanganku
Di nisanku
Di jiwaku
Atau di lembaran pertama
Sebagai Refleksi mengenang sastrawan Chairil Anwar, saya akan tuliskan
puisi mengenang karya-karyanya yang abadi dan kepergiannya di usia muda
Puisiku
abadi di lembaran suci
Puisi-puisi itu
Tercecer,terlupa, terbit, terbingkai, terprasasti
Pada lembar lembar kusam dan putih
Lalu menjadi abu abu terbaca olehmu
Engkau pasti mencari bait bait yang hilang
yang tersembunyi di temaram malam
Atau dilarikan matahari
Untuk beribadah esok pagi
Bersama sepotong ucapan selamat pagi
Tercecer,terlupa, terbit, terbingkai, terprasasti
Pada lembar lembar kusam dan putih
Lalu menjadi abu abu terbaca olehmu
Engkau pasti mencari bait bait yang hilang
yang tersembunyi di temaram malam
Atau dilarikan matahari
Untuk beribadah esok pagi
Bersama sepotong ucapan selamat pagi
Kirimkan puisi yang abadi
Tuliskan bait terakhir kesayanganku
Di nisanku
Di jiwaku
Atau di lembaran pertama
Setelah
hadiah surat
Yasin
yang dibacakan untukku
Dengan photo terbaik
Dengan senyum manisku
Saat aku menuliskan bait pertamaku
yang dibacakan untukku
Dengan photo terbaik
Dengan senyum manisku
Saat aku menuliskan bait pertamaku
Biarkan puisi terakhirku abadi
Pada kata dan mantra terbaik
yang kutuliskan sepanjang hayatku
Pada kata dan mantra terbaik
yang kutuliskan sepanjang hayatku
Juli, 26th,2016,Pejompongan 11
Gambar 3 : Makam Chairil Anwar sang Sastrawan Kebanggaan Indonesia doc.
id.wikipedia.org/wiki/Chairil_Anwar
Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Chairil_Anwar
http://penyair.wordpress.com/2007/02/05/biografi-chairil-anwar-1922-1949/
http://id.wikipedia.org/wiki/Chairil_Anwar
http://penyair.wordpress.com/2007/02/05/biografi-chairil-anwar-1922-1949/
http://id.wikipedia.org/wiki/Chairil_Anwar
Thursday, July 21, 2016
Pemanggul Waktu
Gambar Ilustrasi Puisi Pemanggul waktu, Kubah Masjid Tua Desa marancar, Tapanuli Selatan doc. Edrida Pulungan
Riuh jiwa dalam tabir-tabir peluh
Berlalu ia dengan senyuman yang runtuh
Dimanakah dia harus bertumbuh
lalu menjadi pemanggul waktu
yang menengarai matahari
agar terbit berulang kali
memberi kecupan hangat
untuk tubuh yang meringkih
dalam dingin menusuk yang pekat
Menunggu pelukan hangat
dan senyuman sang dewi yang tak bersekat
Namun sang waktu terjatuh
berceceran dari bahunya
Dia pungut satu persatu
dalam tangisan dan doa seribu satu
Dia tersungkur ke bumi
Tak ada tanah basah yang dibajak
Tak ada beras yang bisa dibawa pulang
Yang ada kepingan bulir-bulir kosong
Juga pedih yang menusuk di ulu hati
Namun berjiwa besarlah ia
Bersemedi seribu masa
meminjam waktu kepada sang dewa
meski harus dikutuk ia berwajah rahwana
Waktunya mencari pacul
dan terus memangggul
memanggul
memanggul
memanggul lelah yang tertatih
tiada merintih
hanya menyapih letih
lalu berdamai dengan masa lalu kelabu
tentang waktu yang tercecer disetiap ketukan palu
Senayan, 22 Juli 2016
Subscribe to:
Posts (Atom)