Wednesday, May 11, 2016

Pengalaman Membawakan Puisi Aada Acara Malam Peringatan 18 tahun Pristiwa Trisakti



Undangan itu datang melalui SMS, Selamat malam Bu Edridam saya Nadia dari Kepresidenan Mahasiswa Trisakti bagian Kementerian 12 Mei ingin mengundang Ibu besok malam pada acara malam gelora yang akan dilaksanakan di Universitas Trisakti pada pukul 19.00 sampai dengan selesai. Apakah Bu Edrida Bersedia untuk mengisi acara malam gelora esok dengan membacakan pusi tentang perjuangan reformasi . Saya tunggu khabar baiknya Bu, bahwa Ibu bisa hadir dan turut memeriahkan serta mengisi acara malam Gelora esok. Terimakasih banyak Bu, maaf mengganggu, selamat malam


Gambar 1: Saya membawakan Puisi berjudul " Status Quo Peradaban, Mengenang 18 tahun Pristiwa perjuangan Reformasi di Monumen Reformasi Universitas Trisakti tanggal 11 Mei 2016 doc.edrida


Akhirnya saya membuat goresan bait-bait puisi, dan ada puisi yangagak pas dalam kumpulan antologi puis saya " Jadilah Terang" berjudul status quo kesabaran, akhrinya say putuskan judulnya menjadi " Status Quo Peradaban, ada beberapa bait yang saya koreksi, sungguh bergetar rasanya menuliskan puisi dengan merefleksikan perjuangan reformasi 18 tahun yang lalu dengan adanya 4 mahasiswa trisakti yang wafat  pristiwa tersebut. Selepas sholat magrib saya berangkat menuju Trisakti, dalam perjalanan saya coba membaca dan memaknai beberapa baityang saya tulis, supir grab yang mendengar saya membaca mengatakan " wah puisinya bikin merinding bu". " iyakah Pak, mohon doakan saya membawakannya dengan baik Pak". " Iya bu" balasnya

Malam 12 mei yang bersahaja, saya melewati jembatan penyebrangan semanggi dan merasa bahwa pristiwa itu sangat mencekam, dan perjuangan itu harus dimaknai lagi secara hakiki, semoga generasi kedepan bisa membawa perjalanan dan cita-cita reformasi ke arah yang lebih baik lagi.

Saya disambut Ketua panitia kementerian 12 Mei yakni Mas Fauzan dan Menteri Hukumnya, Nadia ditengah tengah persiapan acara, setiap mahasiswa registrasi dan membubuhkan tanda tangan pada kain putih lebar dan menerima lilin yang akan digunakan pada renungan suci. Mereka masing-masing mengenakan baju alamamater trisakti berwarna biru tua, sangat kebetulan dengan baju yang saya pakai, saya juga membawa sehelai tenun NTT yang saya kenakan, memang setiap pertunjukan saya selalu membawakan kain tradisional yang indah. rasanya senang mengenakan kain tradisional seperti tenun yang ditenun dengan jemari dan dari hati.

Bebeberapa prosesi acara seperti dimulai dengan doa, kata sambutan mewakili Rektor III Universitas Trisakti, Alumni Trisakti Presiden Mahasiswa Trisakti, serta diskusi tentang pristiwa Trisakti dengan 2 ibu korban yang bisa hadir, kemudian  giliran saya tampil setelah dipanggil MC, Akhirnya saya berpuisi diiringi musik dengan judul "Gugur Bunga" dan rasanya ada haru dan gemetar saat say amembacakan puisi, dalam bait puisi saya ada kata " Nyalakan jiwa, jangan lagi mengutuk kegelapan". dan ternyata prosesi acara ditutup dengam seribu lilin yang dinyalakan oleh ibu korban dan segenap mahasiswa Trisakti dan undangan universitas lain yang hadir yakni Universitas Paramadina

Saaat bicara dengan ibu korban, Sunarmi, dan mendengarkan ibu Elang

0 comments:

Post a Comment