Monday, March 10, 2014

Sehari bersama Pak Jusuf Kalla dan Dialog Puisi Bersejarah



Saya beruntung sekali bertemu Pak Jusuf Kalla dan Bu Mufidah dalam perhelatan Islamic Book fair yang diadakan di Istora pada  Hari Jum’at tanggal 7 Maret 2014 dalam acara talkshow buku Athirah yang ditulis Alberthiene Endah yang berkisah tentang bunda Jusuf Kalla  yang juga dihadiri Pak Dadan Ridwan dari Nourabooks.  


Photo 1. Panggung IBF bersama Pak Dadan Nourabooks, Pak Jusuf Kalla dan Bu Mufidah, Panggung utama , Istora, 7 maret 2014, Doc. Pribadi

Dalam buku itu dijelaskan banyak penggalan kisah ketauladan dari Emma (panggilan Pak JK untuk Ibunya) tentang pelajaran hidup yang dijadikan Pak JK sebagai pengalaman berharga dan bekal kehidupannya. Dalam buku itu dijelaskan kesabaran seorang perempuan bernama Athirah saat harus merelakan suaminya menikah lagi. Namun ternyata cinta abadi selalu kembali dalam warna yang berbeda. Silahkan dibaca bukunya. Menarik, mengugah, melankolis dan hangat.

Dalam talkshow tersebut  juga ada beberapa pertanyaan yang disampaikan ke Bu Mufidah dari hadirin namun beliau malu-malu menjawabnya sehingga dijawab oleh Pak Jusuf Kalla. Saya jadi makin penasaran mendengarkan suara beliau. 

Photo 2. Saya bertanya kepada Pak Jusuf Kalla dan Bu Mufidah, IBF 2014, Panggung utama Istora, 7 maret 2014, Doc. Pribadi


Akhirnya saya mendapatkan pertanyaan yang cukup menarik dan alhamdulillah Bu Mufidah menjawabnya langsung walalu awalnya malu-malu
“ Istri saya memang pemalu, tapi beliau dan Ibu saya adalah dua perempuan yang cukup berjasa dalam kehidupan saya” jawab Pak JK

Pertanyaan saya adalah :

1.   Assalamu alaikum ww. Selamat Siang Pak JK  beserta Bu Mufidah dan Pak Deden. Saya menegnal Bapak dari biografi Bapakbahwa Bapak aktif dalam bidang kemanusian melalui PMI, pemberdayaan masjid dan juga perdamaian dunia, tapi apakah Bapak mencintai puisi?
( semua hadirin langsung gerr dan terseyum, begitu juga dengan Bu Mufidah dan Pak JK)
2.   Untuk Bu Mufidah bagaimana rasanya mendampingi Pak JK yang berbeda adat  karena Ibu  minang sedangkan Bapak dari Bugis ?dan saat Bapak menjadi pemimpin nomer 2 di negeri ini, apakah banyak suka dukanya dan Bagaimana Ibu menjalaninya?
( semua tersenyum begitu juga Pak JK, firasat saya Bu Mufidah pasti menjawab. Karena saya bertanya dari hati )
Semua hadirin tepuk tangan dan menanti jawaban dari Pak JK dan Bu Mufidah.Beginilah kira-kira jawaban Pak JK dan Bu Mufidah
1.   Soal Puisi saya termasuk suka puisi, sesekalinya saya membuat puisi saat penerbangan menuju Poso, ketika ada 500 orang tewas waktu itu dan saya akhirnya menulis puisi tersebut dengan judul Ambonku, Ambon Kita Semua"
Dan itu  puisi yang bersejarah sekali karena puisi yang pertama yang saya buat seumur hidup saya, sampai sekarang tak pernah lagi. Saya pun tak tahu kenapa saya bisa menulis puisi itu.

2. Dan Beginilah jawaban Bu Mufidah
Saya itu fokus mengurus rumah tangga dan keluarga, urusan pemerintahan tidak pernah saya campuri. 
Dan jawaban  Bu Mufidah tersebut ditambahkan oleh Pak JK
" ya saya juga dirumah ngobrol dengan anak-anak, istri, cucu, sambil nonton tak pernah bicara negara, jika tidak bisa gawat, "seloroh Pak JK, yang disambut gelak tawa hadirin.
 

Saya langsung cari puisi Pak JK di Google dan inilah potongan puisi beliau yang dibuat pada pada  7 September 2004 didalam pesawat dalam perjalanan menuju ambon, berikut puisi Pak Jusuf Kalla dalam acara dialog budaya dengan para seniman dan budayawan di Jakarta dan  pusis tersebut bisa langsung dilihat dari videonya melalui link dibawah ini

http://video.news.viva.co.id/read/4890-jk_bacakan_puisi_di_hadapan_budayawan


Ambonku, Ambon Kita Semua


400 tahun lalu dunia mencarimu
Dunia ingin hidup nyaman darimu
Karena engkau adalah sumber keharuman
Pala, fuli dan cengkih dambaan mereka
Karena itu dari jauh mereka datang padamu

5 tahun lalu engkau terkoyang
Bangsa ini sangat tersayat
Dan dunia ikut tersentak
Karena deritamu derita bangsa juga
Kesulitanmu kesulitan kita semua


Ale rasa beta rasa
Hari ini engkau bangun dengan senyum simpul
Bangsa juga turut tersenyum
Kita semua lega dan berbesar hati
Kalau engkau senang kami bahagia
Ale senang beta senang
Waktunya membangun negeri ini
Dengan semangat Pattimura yang perkasa itu
Lupakan segala pedang dan batu itu


Berikan kembali pena dan buku kepada Nyong Ambon
Petik kembali cengkeh dan pancing kembali ikan
Tabu kembali tifa dan petik kembali gitar itu
Nyanyikan kembali ole sio sambil bertari lenso
Dengan senyum bunyi tifa, gitar dan nyanyianmu
Dunia akan lega, bangsa akan bangga
Karena sumber keharuman dan kehidupan
Akan bangkit kembali dari ufuk timur
Ambonku, Ambon kita semua!
(M. Jusuf Kalla, 7 September 2004)

Dari puisi diatas sangat kuat pesan perdamaian dan harapan untuk Ambon dan Indonesia juga kearifan lokal yang ada didalamnya. Kata-kata yang digunakan JK adalah kata-kata sederhana namun dengan pesan kuat dan lugas.
                                       Photo 3. Jusuf Kalla dan Biola. doc metro.news.viva.co.id 

Sejatinya selalu ada pesan yang indah dalam puisi. Bahkan dalam puisi tergandung misteri imajinasi dan intelektualitas yang diramu indah oleh penulisnya. Jadi kapan kita menikmati puisi pak JK lagi?
Salam inspirasi dari perempuan pecinta puisi.

2 comments:

  1. Wah senangnya bisa menanyakan hal yang tidak pernah ditanyakan oleh wartawan manapun sebelumnya.. he..he... :-)

    by https://muchlismarshal.wordpress.com

    ReplyDelete