The Spirit

The spirit will comes after your will. I see, I hear, I write, I celebrate all moment with words...

waiting is inspiring

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

I love sharing positive mind and feeling

my life teach me to believe my inner strength

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Thursday, October 31, 2013

Status Quo Kesabaran



Status Quo Kesabaran

Masihkah engkau percaya dengan harapan
Setelah engkau ditinggal janji-janji manis dan khayalan
Masihkah engkau  percaya dengan janji
Sekian lama engkau menunggu ketidakpastian
**













Masihkah engkau  mampu memaknai indahnya rangkaian kata dalam puisi
Jika setiap baitnya tak memberi arti
Apakah engkau memang terlena
Mendengar kata–kata yang tak bermetamorfosis menjadi aksi asa
 Namun mengapa engkau tetap saja bertahan
Menumbuhkan harapan kecil dalam perjalanan diam
Melihat sisi kebaikan dalam setiap kekecewaan
Membangkitkan nyala  di jiwa dan berhenti mengutuk kegelapan
**

Status quo bernama kebaran yang bertahan tidak pernah memasungmu
Engkau merdeka dalam ketabahan
Berjalan selangkah demi selangkah menuju puncak pencapaian
Dan semua berubah jadi keajaiban-kejaiban kecil yang membahagiakan

**
Kemarin…
Engkau masih percaya pada sosok pembawa harapan
Menunggunya meski sekian lama
Hingga musim berganti dan meninggalkan senja terakhir
Mungkin kamu sudah lelah, berjalan, melangkah, mendaki dan turun lagi
Menyiapkan jiwa merdeka yang tak pernah menyerah pasrah
Engkau seperti prajurit dengan seribu nyawa yang rela kalah dengan gagah
Mski kau temui ragam jiwa  yang mengganti-ganti topengnya
Engkau disekitar mereka, terasing, lau kau berputar seperti desing
 Melihat, mendengar dan merasakan kepura-puraan mereka  dalam bahasa ketulusan
Namun kau tetp saja dengan status quomu
Mengagumkan..
**

Engkau  mungkin terlalu hijau memahami semua kisah drama dalam setiap episodenya
Engkau tidak pernah terlewat menjadi seorang penonton dan bukan pelakon
Namun mengapa status quo kesabaran masih kau kau rawat utuh
**

Terlalu sederhana engkau berpikir untuk menghadirkan kemewahan rasa
Menuju jiwa yang anggun yang tidak terbeli meski dikunci mati
Engkau besar dalam keteguhan
**

Lalu hari itu tiba, saat pintu gerbang akan ditutup
Keajaiban hadir saat status quo kesabaran merubah wajahnya menjadi keikhlasan
Sambutlah semua harapan dan impian yang kau damba dengan sukacita
Status Quo kesabaranmu tersemai indah.  tak berbatas memanen memanen asa
Engkaulah pemilik jiwa besar yang bersanding dengan keajaiban


1 November 2013, the holy friday, blessing never end

Monday, October 21, 2013

Prosesi Wisuda 1324

 Prosesi Wisuda 1324
oleh : Edrida Pulungan

Di angka 13 dan 24 di bulan 4
Beberapa tahun yang lalu
Akhirnya Prosesi wisuda mengiringimu
Penuh makna dan hikmat
Ada cerita haru biru dalam sepaket suka duka
Meniti bilangan tahun yang menjadi sejarah
Perjalanan asa menuju cita rampung sudah
Seperti burung kembali pulang ke sarang
Setelah kepak sayap terbang berpetualang
Riuhnya angin menghadang dan menerjang
Terkadang menggoyahkan asa untuk berjuang
Namun seorang permenang adalah dia yang bertahan
Bertahan dalam kesetiaan
***
Empat setengah tahun bergelut dengan diktat, buku dan tugas lapangan
Dalam jam-jam malam yang berat dengan tugas-tugas perkuliahan
Meniti dua disiplin ilmu humaniora dalam bentangan tahun pengharapan
Mendalami ranah teori ekonomi berpadu teori pendidikan
Di dua universitas negeri kebanggaan tanah deli, terucap janji perjuangan
***
Engkau srikandi pembelajar sejati
Tanamkan janji semangat kejuangan
menuntaskan semua yang kau mulai
Dengan upaya dan doa penguat keyakinan
Kelak berbakti dan mengabdi untuk masyarkat, bangsa dan negeri
Dalam semangat merah putih yang terpatri
**
Perjalanan story menuju history adalah keabadiaan
Yang kelak engkau ceritakan dengan penuh kebanggaan
Kepada anak cucu, pangeran hatimu dan handai tolan
Saat tak terlupa, Saat yang akan terkenang
Dalam bilangan tahun 2006
Menawan waktu untuk bersabar
Menuntut ilmu di kampus hijau
Kampus borjuis penuh kenangan
Fakultas Ekonomi penuh kenangan
Memeras otak dengan studi kasus dan hapalan
Bergelut dalam analisis teori Adam Smith hingga Philip Kothler
Jejak- jejak empat tempat istimewa terkenang dalam Jeda
Dari Musholla Baiturrahman, Perpustakaan, Kolam cinta hingga Pajak USU
**
Lalu waktu berputar saatnya berlari-lari dari lantai tiga
Kelas macro economic usai sudah
Saat nya menuju kampus pencetak guru hingga seniman
Fakultas Bahasa dan Seni tercinta tepat di sudut utara
**
Sejauh mata memandang, pepohonan rindang, hijau dan menua
Angin berhembus sepoi dalam teriknya sang surya
Alunan denting piano selalu menyambut langkah kaki yang memburu
Menyejukkan hati yang mengejar waktu
Saat kaki mungilnya berlari-lari kecil menuju ke lantai satu
Mengejar mata kuliah micro teaching hingga Croos Culture Understanding
**
Menghitung menit memburu asa
Mengejar dua kampus dalam sehari yang bermakna
Menunggu si angkot merah
Ceria rahayu satu kosong empat dan satu kosong tiga
Menebar senyum saat semua berjalan lancar adanya
Hingga menangis karena dosen tak tiba
Sudah memburu waktu, mengejar kelasnya professor ternama
Memilih duduk dibangku pertama
Jika lelah, duduk paling sudut memejam mata
***
Semua cerita adalah sejarah yang indah
Hari wisuda telah tiba dalam dua nuansa berbeda
Kau bangga dan haru menjadi alumni dua almamater
Universitas ternama di Sumatera,
Lulus dengan saringan ujian UMPTN di zamannya
Dengan predikat mahasiswa berprestasi dan IPK di angka tiga
Meraih syukur dan selamat dari mereka yang seolah tak percaya
Namun semua tiada berarti tanpa kerendahan hati dan karya nyata
**
Alunan lirik yang membuncah semangat dan jiwa
Menyambut sang pelajar dengan prosesi wisuda bersejarah
Jabat erat, ucapan selamat dan senyum yang hangat
Dari rektorat hingga dekanat







**
“selamat mengukir mimpi, berilah kaki pada mimpimu”
Gaudeamus igitur ,Juvenes dum sumus
Post jucundam juventutem , Post molestam senectutem
Nos habebit humus, Ubi sunt qui ante nos
In mundo fuere?,Vadite ad superos
Transite in inferos, Hos si vis videre


Lagu prosesi wisuda mengalun indah
Merasuki jiwa yang sumringah
Melepas lelah dalam pelukan bunda
Dan titip doa untuk Ayah
Semua amanah usai sudah
Prosesi 1324 adalah perjalanan sebuah asa
Asa yang bergelora meski krikil membentur langkah
Namun semua tunai sudah, paripurna karena cinta

Lelaki Penitip Janji


Lelaki bermata teduh itu hadir di kala senja akan berakhir
Sorot matanya tajam dan begitu sungguh-sungguh menyebut asmaNya
Kala azan bergema  merasuki ke jiwa
Di takbir pertama jelang idul adha
Lelaki itu mengucap janji di bukit berbunga
Menitipkan kata di hati yang rela untuk berasama
Lalu hari itu menjadi detik yang bersejarah
Sang lelaki menitipkan janji  untuk hati yang diyakininya
Melabuhkan asanya pada hati gadis pecinta pelangi
Waktupun meranggas saat musim berganti
Akankah hati tersentuh oleh hati
***
Kutitipkan janji wahai gadisku bermata jeli
Izinkanlah ku pergi selama dua kali tiga ratus enam puluh lima hari
Menunaikan tugas negara
Menuntut ilmu  ke negeri  liberty sebagai dharma bakti
Ku janji kembali di saat pelangi berganti
Ku harap engkau pun mengerti
Saat lelah menanti dan sepi menyapa hati
Semoga tiada hati yang singgah memuji
Mencuri senyummu yang kuingin hanya untukku
Janjiku terpatri untuk hari ini hingga ikatan suci
**
Gadis pecinta pelangi, menuliskan rindu dengan pena
Merangkai puisi-puisi asmara bernama syair rasa
Mengayuh kata dalam setia
Hingga tahun demi tahun menjadi mahakarya cinta
Maka rampunglah puisi cinta dalm kisah
Selalu ada asa di puncak penantiannya
Senyum dalam doa dan gema cita dan cinta yang membahana
Menanti bila sang arjuna kembali menepati janjinya
***
Lelaki penitip janji akhirnya kembali
Menuai rasa mengubah makna
Hati menunggu waktu  untuk bersama
Dan Jiwa yang anggun dan perkasa menuju syugaNya
Menguak kebahagiaan dalam keberlimpahan rasa menuju singgasana bahagia
Dan hatipun memilih bersama dalam ikatan suci menuju mahligai rasa

Sunday, October 20, 2013

Keluarga Coddy dan Tiga Koin Keberuntungan



Di sebuah dusun bernama Palala di Negara Eropa, dusun kecil diatas bukit, dusun itu dusun yang dipenuhi  tanaman jagung, sejauh mata memandang , sungai Tinolle membelah dusun tersebut dengan dusun Aria. Disanalah tinggal suami istri  bernama Pak coddy dan bu pindy dengan tiga puterinya yang cantik dan satu puteranya, puteri-puteri mereka bernama Withney, Sherly dan Sherlomita, dan seorang anak perempuannya bernama Jack. Anak-anak perempuannya cantik dan rupawan,serta senang membantu orangtuanya memasak dan berkebun jagung, biasanya setipa akhir peka jagung tersebut di jual di pasar. Jika sudah terkumpul uangnya biasanya keluarga Pak Coddy bertamasya ke Queen Park, taman kota yang dipenuhi rakyat untuk piknik dan melihat indahnya kolam Sanjor, konon jika membuang uang logam disini, maka semua keinginan akan terpenuhi. Namun Pak Coddy dan keluaga tidak bisa pergi karena sakit, namun tidak jelas penyakit apa yang menimpanya, sehingga Bu Pindy memanggil tabib untuk memeriksakan sakit suaminya.
Pak tabib segera datang di minggu pagi dengan tergopoh-gopoh demi mendengar suara Bu Pindy di telpon dengan setengah panik.

“ Pak tabib, tolong suami saya, badannya panas dan matanya merah, dia terjatuh tadi pagi, tolong Pak Tabb segera kemari’
“ Bu Pindy, sabar ya , saya segera datanbg ke rumah ibu”
Pak Tabib dating dengan peralatan medisnya dan ramuan-ramuan dari tumbuh-tumbuhan penurun panas.
“ sakit apa suami saya Pak Tabib?”
“ oh sakit demam biasa bu, tapi beliau harus minum ramuan yang saya buat, namun ada satu ramuan ajaib, saya tidak punya tumbuhan itu, biasanya tumbuh di dusun Aria, namanya jagung emas yang langka, batangnya kuning hingga buah jagungnya. Semoga Bu Pindy bisa mendapatkannya”
“ oh begitukah Pak Tabib, semoga saya akan suruh anak saya Jack mencarinya ke dusun Aria”
“ Baiklah Bu Pindy , saya mohon diri”
Pak Tabib pergi, dan Bu Pindy melihat suaminya tertidur, da Nampak kasihan dan menyelimuti suaminya dengan kain rajut yang baru dibuatnya, agar badan suaminya hangat dan berketingat.
Tiba-tiba suaminya membuka mata
“ ada apa dengan aku, Pindy?”
‘ kamu sakit pak, sabarlah semoga lekas sembuh saya sudah panggilkan tabib, dan minumlah ramuan ini “
“ oh terimakasih Pindy, badanku lemas sekali, mungkin aku kecapekan berkebun”
“ ya sabarlah suamiku tercinta, esok Jack akan ke dusun Aria Mencari tambhan obat buatmu”
“ apa dusun Aria ???, disana banyak tukang sihir, jangan kau biarkan putra kita berangkat kesana?”
“ jadi siapa yang mengambil ramuan kesana Pak, toh anakmu Jack lelalki yang pemeberani dan kuat, berdoalah dia selamat mencari obat”
“ oh Pindy, aku lebih setuju jika yang berangkat adalah tiga puteri kita, suruhlah mereka menyamar menjadi penyanyi do pasar, agar tiada yang curiga, karena dusun Aria sangat senang mendengar nyanyian-nyanyian”
“ oh aku malah khawatir , jika tiga puteri kita kesana, jika lebih baik, biarlah jacksaja, diakan laki-laki”
“ bukankah suara anakmu Jack seperti suara petir, bikin telinga sakit,.hehehehehhe”
“hush—jangan begitu sama Puteramu sendiri, bukannya suaramu juga tak bagus-bagus amat, Cuma kamu pandai menggombal aku, akhirnya aku menikahimu,untung kamu baik hati dan penyayang”
“” hahahahahah….hehehehe.. Pindy kamu beruntung menikah denganku, aku petani jagung yang sukses dan kita punya anak-anak yang tampan dan cantik-cantik seperti kamu< rambutnya pirang seperti rambut jagung, hehhehe, dan kulitnya hitam manis seperti aku suamimu yang manis ini”
“ aduuuh suamiku, sakitmu sakit apa, kok jadi kambuh seperti  Pak Honji, yang percaya dirinya selangit dan suka pamer itu”
“ wah , janga kau samakan aku dengannnya” aku lebih tampan, jadi gimana siapa anak kita yang berangkat ke dusun Aria?”
“ ya sudah aku setuju denganmu, barlah whitney dan adik0adiknya berangkat, dan Jack menjaga dan mengawasi panen jagung kita esok, istirahtlah dan minum obat ini”
Pak Coddy minum obat dan matanya akhirnya terpejam dan istirahat. Begitulah suasana keluarga Pak Condy dan Bu Pindy yang hangat, meraka saling menyayangi . dan senang musyawarah  jika ada permasalahan keluarga.
**

Jelang pagi Whitney memasak sup jagung kesukaan Ayahnya, Pak Coddy makan dengan lahap, minum obat  karena suhu badannya tak kunjung turun, diapun terlelap tidur setelah minum obat.
Bu Coddy memanggl ketiga anaknya dan menyampaikan anjuran tabib dan harapan suaminya agar mereka bertiga ke dusun Aria.
“ anak-anakku Whitney, Sherly dan Sherlomita, ayahmu sakit demam dan salah satu ramuannya adalah jagung emas yang tumbuh di desa aria yang berbahaya, ayah yakin kalian bisa sampai kesana dengan menyamar sebagai penyanyi , namun hati-hati karena neger itu negeri tukang sihir, bagaimana puteri-puteriku , bersediakah kalian berangkat kesana?
“ benarkah demkian Bu?” respon Whitney sebagai puterinya yang tertua
“ iya puteriku, bagaimana menurutmu”
“ baik Bu, semoga Ayah lekas sembuh saya bersedia, bagaimana dengan Sherly dan Sherlomita”?
“ saya bersedia kak” jawab Serly
“ saya juga bersedia berangkat” jawab Sherlomita.
Pu Bindy terharu dan memeluk ketiga puterinya, dalam hati dia berdoa agar puterinya segera menemukan obat dan kembali pulang dan berkumpul di rumah mereka yang mungil dan berlantai dua di kaki bukit dusun Palala.
**

Jelang senja, Jack dan Bu Pindy mengantarkan ketiga puterinya  di perbatasan Sungai Sinjor, mereka pergi dengan berkuda dan sampailah mereka di tepi sumhai, karena ketiga puterinya akan menggunakan perahu kayu menuju dusun Aria.
“ hati-hati kakak kakakku, semoga jagung emasnya dapat, dan kembali pulang ke rumah kita dengan selamat”
“ iya Jack, jaga Ibu dan Bapak kita, dan uruslah kebun kita, semoga panen kita berhasil dan jagung bisa dijual ke pasar kota”
“ Ya Kak Whitney, saya akan jaga ibu”
“ hati-hati di jalan puteriku”   suara Bu Pindy  terdengar lirih
Mereka melambaikan tangan dan ketiga puterinay pergi dengan perahu, Sherly mendayung dengan perlahan.
Ditengah sungai mereka bertemu perempuan tua bertongkat dengan mata yang hijau. Ketiganya terkejut.
: tenag adik-adikku, bicara seperlunya saja” Kata Whitney setengah berbisik
“ aku takut kak “ kata Sherly
“ aku juga “ kata Sherlomita
“ tenanglah ibu dan Jack sudah mendoakan kita, mudah-mudahan kita bisa lewati sungai ini dan samapai di dusun Aria”
“ hehehheehhe, tiga gadis cantik, kalian mau kemana, hehhehehhe?”
“ nenek yang baik hati, kami mau ke dusun Aria, diundang bernyanyi “ ucap Whitney
“heheheheh, menyanylah untukku saja, nanyi kalian kuberi tiga koin keberuntungan, hehhehehehe”
“oh nenek yang baik hati, biarlah kami bernyanyi untukmu tanpa dibayar” jawab Sherly
“ hush, nanti kita dtangkap” bisik Sherlomita
“ menurut kalian apa kita katakana tidak , dan melanjutkan perjalanan saja?” ujar Whitney
“ kakak kita bernyanyi saja, siapa tahu koinnya nanti dipakai  bisa mencari obat Ayah
ujar Sherlomita
“hmmm, bagaimana ya” ujar Whtney
“ baiklah, kita bernyanyi sebentar sajam ingat tujuan kita mencari oabat ayah bukan menghibur nenek kesepian ini disungai”
“heheheh, awas kak, nanti kedengaran olehnya kita bisa disihir jadi  ikan mas koki “”
“akh kamu ada-ada aja”
Nenek sihir nampaknya heran dan setengah marah
“ hei kenapa kalian berbisik apa kalian membicarakanku, ayoo menyanyi untukkku,jika tidak kusihir kalian jadi kecebong”hardik si nenenk sihir
Setengah terkejut ketiganya bernyanyi kompak..
“tralalal trilili nenek yang baik hati, mari menayanyi menari, lompat kanan, lompat kiri, taralala tralili, ayo goyang kanan, goyang kiri”
Kami tiga puteri siap mengibur hari yang indah ini, bersama kicau burung di pagi hari”taralala trilili, apakah kamu senang menyanyi, kami senang sekali, bukanakah suara kami merdu bagi burung puyuh menyanyi”taralala trilili”
Sang nenek sihir bergoyang goyang dengan senang dan langsung mlempar tiga koin
“ ini koin keberuntungan hanya bisa dipakai saat suara ayam berkokok, maka permintaan aklian akan terkabul,heheheheh, see you puteri “
Sinenek sihir tiba-tiba lenyap dari pandangan mata.
Tiga koin logam itu jatuh di badan perahu
“kakak, ini tiga koin” ujar Sherly
“simpanlah, kita lewati sungai ini hingga ayam berkokok”
“ saya rasa tak perlu kak, mari kita pulang saja, tiga koin ini kita coba dirumah, bukankah kita bisa sampai pagi di rumah”
“ kata tabib jagung emas di Aria, kita harus kesana bukan “ ujar Sherlomita
“ kita harus ke dusun Aria, mungkin disana koin ini bisa dipakai, kita jangan terkecoh” ujar Whiyney
“ Baiklah kaka” ujar Sherly”
“ Ya, saya setuju” ujar Sherlomita
**

Meraka tiba di dusun Aria, lalau ketiganya bergegas kepasar dan bernaynyi, tiba-tiba ada seorang pedagang jagung yang berteriak , jagung-jagung”
“ kak itu penjual jagung,siapa tahu ada jagung emas’ ujar Sherly
“ benar katamu, coba tanya”  Ujar Sherlomita
**

“ Pak ada jagung emas?’
“hehehe, untuk apa saya jual jagung emas, kalau dari emas mending istri saya pakai buat perhiasan, aneh sekali kamu  kalian  wahai penyanyi rupawan”
“ oh maaf pak” Ujar Sherlomita
Mereka pergi bertiga dengan tangan hampa, tiba- tiba terdengar suara ayam jantan berkokok nyaring.
Kukuruyuuuuuuuuuuuuk…. Kukuruyuuuuuuuuuuuuk…. Kukuruyuuuuuuuuuuuuk….
“ ayo keluarkan koin kita
“ iya kak, aku tadi letak di saku kanan, tak ada”kata Sherly
“Hah!!!, kemana koin itu, jatuuuh ya, kamu kenapa tak hati0hati” ujar Whitney
“ini ada di saku kiriku, kok bisa pindah ya?’ ujar Sherlomita
“ ya sudah , minta jagung emas”
“koin keberuntungan satu kami minta jagung emas di depan kami” ujar Sherly lantang
Tiba-tiba jagung yang tadi dijual ada dihadapan mereka menjadi jagung emas.
Mereka bertiga takjub
“ oh syukurlah ini jagung emas kita” ujar Sherlomita
“ayo pulang segera”
“ tunggu jangan ambil jagungku” ujar penjual jagung dusun Aria
Mereka bertigalari kencang hingga ke sungai
“ koin keberuntungan dua,kirimkan kami perahu terbang”
Tiba-tiba perahu terbang muncul dihadapan mereka bertiga
“ koin tiga izinkan kami tiba selamat dirumah kami dusun Palala”akhirnya mereka samapai didusun Palala
**

Hari masih pagi , Bu Pindy memeluk ketiga puterinya dan melihat jagung emas yang mereka bawa, dan Bu Pindy langsung meletakkan jagung itu mengelilingi pembaringan suaminya, suaminya membuka mata dan Nampak segar dan sembuh
“ terimakasih puteri-puteriku, akhirnya akau sembuh berkat Tuhan dan usaha kalian
” Pak Coddy memeluk ketiga puterinya dan Istrinya
Tak berapa lama Jack dayang membawa tiga pundi uang
“ syukurlah Ayah sembuhm ini hasl penjualan jagung kita Ayah, esok kita tamasya ke Queen Park
“ Horeeee” ujar ketiga puterinya. Akhirnya Keluarga Pak Coddy dan Bu Pindy kembali bahagia karena Pak Coddy sudah sembuh dari sakitnya yang aneh, semenjak itu jagungemas selalu ada di lantai dua rumah mereka. Menjauhkan mereka dari sihir-sihir  rakyat dusun Aria.